Alkisah ada seorang raja bernama *‘Ad bin 'Aus,* cucu Nabi Nuh as. yang pernah berkuasa di permukaan bumi. Beliau mempunyai dua orang putra yang bernama *Syadid dan Syidad.* Konon sepeninggal sang Ayah, kekuasaan kerajaan itu dilanjutkan oleh kedua putranya tersebut, namun tidak lama kemudian Raja Syadid meninggal menyusul sang Ayah. Tinggallah Raja Syidad seorang diri melanjutkan kekuasaan.
Raja Syidad termasuk salah satu dari empat raja yang pernah berkuasa di seluruh dunia. Dua diantaranya adalah muslim, yaitu *Raja Sulaiman bin Dawud* dan *Raja Iskandar Zulqarnain*. Sedangkan yang dua lagi adalah orang kafir, yakni *Raja Namrud bin Kan'an* dan *Raja Syidad bin ‘Ad*.
Raja Syidad adalah orang yang suka membaca kitab-kitab Samawi, sehingga dia tahu akan adanya surga dan neraka. Suatu hari timbul gagasan dalam hatinya, ia ingin membangun sebuah percontohan (prototype) surga di muka bumi ini seperti yang ia dengar dan ia baca dari kitab-kitab bacaannya.
Untuk mewujudkan keinginannya, Raja Syidad mengumpulkan semua raja bawahannya untuk diajak berunding, dalam sambutannya ia berkata: _"Saya mempunyai rencana yang akan saya musyawarahkan kepada kalian semua, saya ingin membangun sebuah surga seperti yang telah diceritakan Allah Swt. dalam kitab-Nya. Bagaimana pendapat kalian?"_
Semua yang hadir serentak menjawab: _"Kami setuju dan patuh pada setiap perintah Tuan Raja Yang Mulia, karena seluruh dunia ini di bawah kekuasaan Tuan."_
Raja lalu memanggil wakil-wakilnya untuk pembagian tugas, beberapa wakil bertugas untuk mencarikan sebanyak-banyaknya ahli bidang pembangunan, yang mana dalam hal ini Raja membutuhkan beberapa ratus ahli bangunan. Wakil yang lain diberi tugas untuk mencari lokasi yang tepat untuk proyek raksasa ini. Dan wakil yang lainnya lagi bertugas untuk mengumpulkan segala macam material yang diperlukan berupa emas, pertama, intan, mutiara dan lain sebagainya yang bisa membuat megahnya bangunan itu.
Tidak lama kemudian kelompok wakil pertama datang kepada Raja dan melaporkan hasil kerjanya, ratusan ahli bangunan didatangkan kepada Raja. Selang beberapa saat datang pula kelompok wakil kedua, mereka melaporkan bahwa telah mendapatkan lokasi yang luasnya delapan puluh kilo meter persegi. Lokasi itu dipenuhi dengan rimbunan pohon yang indah, di sana banyak aliran sungainya, udaranya sejuk dan pemandangannya pun indah. Semuanya sungguh masih tampak alami sehingga akan membuat nyaman bagi siapapun yang singgah di situ. Disusul kelompok wakil ketiga yaitu yang bertugas mencari material, yang terdiri dari emas, permata, intan dan mutiara, untuk itu mereka membawanya dengan menggunakan beberapa ratus ekor kuda.
Setelah segala sesuatunya dipersiapkan, dimulailah pembangunan *"Surga Dunia"* itu. Gedung-gedung dibuat seindah mungkin, kepingan kepingan bata terbuat dari emas dan perak, beberapa gedung yang lainnya lagi dibuat dari intan dan permata, pohon-pohon yang kurang serasi diganti dengan yang lebih indah, banyak aliran sungai yang menambah sejuknya tempat itu. Mutiara, intan, emas dan permata bertebaran di mana-mana, ada yang di dasar-dasar sungai dan danau, juga di ranting-ranting bagaikan buah pada musimnya.
Dalam usahanya mengumpulkan material, ternyata para pembantu raja telah berbuat dhalim (aniaya) kepada seluruh rakyat tanpa pandang bulu. Siapapun yang memiliki emas, permata atau sejenisnya sekecil apapun dirampas tanpa kecuali, sehingga pada suatu saat tidak ada lagi perhiasaan emas atau permata yang tersisa di masyarakat. Hingga pada akhirnya ada seorang anak yatim yang terlewat dari perampasan massal itu. Dia masih memiliki emas sebesar dua dirham yang ia pergunakan sebagai perhiasan, namun tidak lama kemudian emas si Anak Yatim itu terkena rampas juga.
Akhirnya pembangunan *"Surga Dunia"* itu selesai, sarana dan prasarana telah berfungsi dengan baik. Pimpinan proyek melaporkan hasil kerjanya kepada sang Raja bahwa *"Surga Dunia"* siap untuk diresmikan.
Waktu untuk peresmian segera ditentukan, pengumuman telah disebarluaskan ke seluruh pelosok tanah air. Acara tasyakuran dipersiapkan dengan mewah dan besar-besaran, semua rakyat bersuka ria karena sebentar lagi mereka akan menyaksikan dan menikmati sebuah surga di atas bumi.
Tibalah detik-detik yang telah dinantikan, pagi itu Raja Syidad mempersiapkan diri, begitu juga para pembantu dan pengawalnya. Para pengawal raja bersiap siaga di halaman istana surga, semua rakyat berderet rapi di sepanjang jalan yang menuju pintu sambil menyanyikan lagu kebangsaan mereka untuk menyambut kedatangan sang Raja yang akan melangsungkan peresmian.
Lain halnya dengan rakyat pada umumnya yang bergembira ria pada pagi itu, si Anak Yatim yang perhiasannya dirampas terakhir kali tersebut justru tidak keluar rumah barang sejengkalpun. Semalaman ia meratapi nasibnya yang malang. Disela-sela isak tangisnya ia berdoa: _"Ya Allah, Engkau Yang Maha Tahu, tolonglah hamba dari perbuatan dhalim ini. Tolonglah hamba wahai Tuhan, Engkau Yang Maha Menolong bagi setiap hamba yang mengharap pertolongan-Mu."_
Para malaikat mengamini doa anak yatim itu, dan Allah pun mengabulkannnya. Begitu Raja Syidad beserta rombongannya memasuki *pintu gerbang "Surga Dunia"*, Allah mengutus malaikat untuk menghancurkan mereka semua. Berteriaklah para malaikat yang diberi tugas dari atas langit dengan sekeras-kerasnya sehingga semua gedung, bangunan-bangunan pencakar langit, taman-taman yang indah, danau serta sungai-sungai yang ada semuanya hancur lebur. Semua orang yang ada di dalamnya tewas seketika dan tak ada seorangpun yang hidup, baik yang kaya maupun yang miskin. Pengawal raja, pembantu raja, termasuk Raja Syidad sendiripun tewas dalam peristiwa itu.
0 komentar:
Posting Komentar