Loading...
Minggu, 01 April 2018

 KISAH KYAI ALIM DAN SANTRI MODERN


Inilah kisah Kyai alim. Kebetulan Kyai ini menjadi imam dan sekaligus Pengurus ranting NU di desanya. Suatu ketika sang kyai didatangi oleh seorang tamu yang mengaku santri modern karena lulusan Pesantren Modern dan pernah mengenyam pendidikan di Timur Tengah. Santri muda itu begitu percaya diri karena merasa mendapat legitimasi akademik dan pernah belajar Islam di tempat asalnya. Sedang yang dihadapi hanya kyai kampung yang hanya lulusan pesantren Salaf.

Tentu saja tujuan utama mendatangi kyai adalah untuk mengajak debat dan diskusi seputar persoalan keagamaan. Santri ini langsung menyerang Sang Kyai: "Sudahlah, Kyai tinggalkan kitab-kitab kuning (turats) itu, karena itu hanya karangan ulama kok. Kembali saja kepada al-Qur'an dan hadits", ujar santri itu dengan nada sedikit menentang. Belum sempat menjawab Kyai kampung yang alim itu dicecar dengan pertanyaan berikutnya, "Mengapa kyai kok kalau berdzikir dengan suara keras dan pakai menggoyangkan kepala ke kiri dan ke kanan segala. Kan Itu semua tidak pernah terjadi pada zaman Nabi dan berarti itu perbuatan Bid'ah", sambungnya dengan nada yakin dan semangat.

Mendapat cercaan pertanyaan, kyai kampung tu tak langsung reaksioner. Malah Sang Kyai mendengarkan dengan penuh perhatian dan tak langsung menanggapi. Malah Kyai menyuruh anaknya mengambil termos dan gelas.

Kyai tersebut kemudian mempersilahkan minum. Tamu santri tadi kemudian menuangkan air ke dalam gelas dan minum. Kyai baru balik bertanya: "Kok tidak langsung diminum dari termos saja? Mengapa dituang ke dalam gelas dulu?" Tanya kyai dengan santai. Kemudian dijawab oleh santri tadi: "Ya ini agar lebih mudah meminumnya Kyai", jawabnya. Kemudian barulah kyai menjelaskan.

"Itulah jawabannya Mengapa kami tidak langsung mengambil dari Al-Qur'an dan hadis. Kami menggunakan kitab-kitab kuning yang mu'tabar, karena kami mengetahui kitab-kitab kuning yang mu'tabaroh itu diambil langsung dari Al-Qura'n dan hadis. Sehingga kami yang awam ini lebih gampang mengamalkan wahyu, sebagaimana apa yang engkau lakukan menggunakan gelas agar lebih mudah meminumnya, bukankah begitu?" Si santri kemudian diam tak berkutik.

Kemudian Kyai balik kembali bertanya: "Apakah adik hafal Al-Qur'an? Dan sejauh mana pemahaman adik tentang Al-Qura'n? Berapa ribu adik hafal hadits? Kalau dibandingkan dengan imam Syafi'i, siapakah yang lebih Alim?". Santri itu kemudian menjawab: "Ya tentu Imam Syafi'i Kyai.... sebab beliau sejak kecil telah hafal al-Qur'an, beliau juga hafal ribuan hadits, bahkan umur 17 tahun sudah menjadi guru besar dan Mufti." Jawabnya.

Kyai kemudian menimpali: "Itulah sebabnya, mengapa saya bermazhab kepada Imam Syafi'i. Karena saya percaya pemahamannya tentang Al-Qur'an dan hadis jauh mendalam dibandingkan kita, bukankah begitu?". Dan santri menjawab: "Iya kyai."

Kemudian santri yang lulusan timur tengah itu tidak bisa bicara banyak lagi. Ia kemudian ijin minta pamit pulang, dan kyai mengantarkannya hingga pintu pagar.

0 komentar:

Posting Komentar

 
TOP