Loading...
Minggu, 29 Juli 2018

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PENYULUHAN KOMODITAS SAPI POTONG DI KELURAHAN BULUSAN KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG



BAB I
PENDAHULUAN
Penyuluhan merupakan ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Penyuluh pertanian merupakan pendidikan di luar sekolah yang ditujukan kepada para peternak dan keluarganya, proses pendidikan ini terjadi karena adanya komunikasi yang dalam penyuluhan pertanian proses komunikasi ini berjalan dua arah, yaitu antara penyuluh pertanian sebagai pemberi sumber informasi dan peternak beserta keluarganya itu sendiri sebagai penerima sumberdan sebaliknya. Pada sebuah penyuluhan diperlukan suatu metode, teknik dan media yang tepat agar apa yang dsampaiakan kepada peternak dapat tercapai.
Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat peternakan yang mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan dimasa depan. Hal ini terbukti dengan semakin banyak diminati masyarakat baik dari kalangan peternak kecil, menengah maupun swasta atau komersial. Penggemukan sapi pada dasarnya adalah mendayagunakan potensi genetik ternak untuk mendapatkan pertumbuhan bobot badan yang efisien dengan memanfaatkan input pakan serta sarana produksi lainnya, sehingga menghasilkan nilai tambah usaha yang ekonomis.
Tujuan dari praktikum ini adalah  mahasiswa mengetahui manajemen penggemukan sapi potong yang baik sehingga produktivitas ternak meningkat. Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu menerapkan manajemen penggemukan sapi potong yang baik.





BAB II
DATA LAPANG
2.1.      Keadaan Desa

            Kelurahan Bulusan merupakan kelurahan yang terletak di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang dengan penduduk yang sebagian besar merupakan mahasiswa luar kota dan sebagian kecil penduduk asli merupakan peternak yang mengemban usaha peternakan skala kecil. Kelurahan Bulusan memiliki sebuah kelompok tani ternak bernama KTT Maju Makmur  dengan komoditas utama yakni ternak kambing dan sapi potong. Wilayah peternakan kurang strategis dan cukup jauh dari jalan utama, terdapat lahan kosong yang ditumbuhi rumput dan digunakan peternak sekitar sebagai hijauan pakan ternak.
            Data statistik mennjukkan bahwa jumlah penduduk Kecamatan Tembalang sebanyak + 5.470 jiwa, 1.276 kepala keluarga, jumlah penduduk laki-laki 2.889 dan perempuan 2.581 jiwa. Data yang diperoleh masih kurang valid dikarenakan sebagian besar penduduk yang tinggal ialah mahasiswa luar kota. Wilayah Kelurahan Bulusan masih terdapat lahan kosong yang ditumbuhi rumput yang banyak digunakan sebagai hijauan pakan ternak.
Ilustrasi 1. Peta wilayah Kelurahan Bulusan
Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Tembalang Tahun 2014
No
Tingkat Pendidikan Penduduk
Jumlah (%)
1
Tidak Sekolah
19,06
2
SD
21,39
3
SMP
0,817361111
4
SMA
0,843055556
5
D1 D2 D3
4,07
6
D4 S1 S2 S3
4,16
Sumber : Data Sekunder Praktikum Penyuluhan, 2018.
        Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa menurut tingkat pendidikannya penduduk di Kecamatan Tembalang memiliki jumlah tingkat pendidikan SD yang paling tinggi yaitu 21,36%, penduduk yang tidak sekolah yaitu 19,06%, tingkat pendidikan D4 S1 S2 S3 yaitu 4,16%, tingkat pendidikan D1 D2 D3 yaitu 4,07%, tingkat pendidikan SMP yaitu 0,843055556% dan tingkat  pendidikan  SMA  yaitu
0,817361111%.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Tembalang Tahun 2014
No
Mata Pencaharian
Jumlah Penduduk (Jiwa)
1
Petani Sendiri
549
2
Buruh Tani
455
3
Nelayan
0
4
Pengusaha
101
5
Buruh Industri
540
6
Buruh Bangunan
540
7
Pedagang
3615
8
Angkutan
1901
9
PNS & TNI/Polri
5781
10
Pensiunan
2690
11
Lainnya
26759
Jumlah
42931
Sumber : Data Sekunder Praktikum Penyuluhan, 2018.
            Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa menurut jenis mata pencaharian penduduk di Kecamatan Tembalang memiliki jumlah penduduk tertinggi dengan mata pencaharian sebagai PNS & TNI/Polri sebanyak 5781 jiwa, sebagai petani sendiri sebanyak 549 jiwa, buruh tani sebanyak 455 jiwa, nelayan sebanyak 0 jiwa, pengusaha sebanyak 101 jiwa, buruh industri sebanyak 540 jiwa, buruh bangunan sebanyak 540 jiwa, pedagang sebanyak 3615 jiwa, angkutan sebanyak 1901 jiwa, pensiunan sebanyak 2690 jiwa dan lainnya sebanyak 26759 jiwa.

2.2.      Kondisi Peternakan

            Populasi ternak di Kelurahan Bulusan sebagian besar terdiri dari ternak sapi dan kambing dengan keadaan peternakan yang masih bersifat tradisional dan pola pemeliharaan yang sederhana. Ternak yang dipelihara masih sedikit, pengelolaan harian seperti pemberian pakan dan sanitasi belum dilaksanakan dengan baik. Pakan yang diberikan ialah rumput  dan konsentrrat yang dicampur ampas tahu dengan penggunaan ransum yang masih minim. Kandang bagi ternak dibangun berdekatan dalam satu lokasi dan dekat dengan tempat tinggal penduduk. Kandang dibuat sederhana dengan dinding dari papan, beralaskan tanah, dan atap dari genting. Produktivitas ternak sapi masih belum mampu mencapai bobot badan yang ideal.

2.2.1.   Responden 1
             Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada responden 1 diketahui bahwa responden satu ialah Bapak Sukimin yang merupakan peternak sapi potong semenjak tahun 2002. Bapak Sukimin memiliki permasalahan mengenai usaha ternak sapi potong yakni dengan polusi kotoran dan bau yang diakibatkan oleh ternak dan mengganggu kenyamanan penduduk sekitar. Limbah peternakan dapat mengakibatkan bakteri pathogen, pencemaran air bawah tanah serta polusi bau. Menurut Haryati (2006) bahwa limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas sehingga tidak terjadi pemupukan limbah peternakan yang menimbulkan BOD dan COD (Biological/Oxygen Demand), bakteri pathogen, kontaminasi air bawah tanah, debu, dan polusi bau. Pengolahan limbah peternakan dapat memberikan keuntungan seperti memperoleh bahan bakar lain yang dapat diperbaharui seperti biogas, dapat diproduksi dalam skala kecil. Menurut Harahap dkk., (1978) bahwa pembuatan biogas dapat memberikan beberapa keuntungan diantaranya mampu menghasilkan bahan bakar yang dapat diperbaharui, dapat diproduksi dalam skala kecil dan sulit terjangkau listrik.

2.2.2.   Responden 2
             Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan responden 2 diketahui responden 2 ialah Bapak Bastian yang memulai usaha ternak sejak tahun 2009. Bapak Bastian memiliki permasalahan terhadap produktivitas sapi potong yang tidak maksimal sehingga memilih beralih beternak domba. Produktivitas ternak potong dapat diupayakan melalui penyediaan pakan yang baik dan penanggulangan penyakit. Menurut Sodiq dan Budiono (2012) bahwa diperlukan adanya kerjasama dalam kelompok tani meliputi penyediaan pakan, pemberian pakan serta penanggulangan penyakit yang dapat dioptimalkan melalui kerjasama yang baik antar peternak dalam kelompok ternak. Menurut Hadi dan Ilham (2002) bahwa prospek usaha penggemukan di daerah dataran tinggi umum dilakukan karena memiliki ketersediaan pakan cukup dan dapat menghasilkan keuntungan yang besar.

2.2.3.   Responden 3
             Berdasarkan wawancara yang kami lakukan dengan responden 3 diketahui responden ialah Bapak Mulyo yang telah memulai usaha ternak sapi potong sejak tahun 2000. Permasalahan yang dihadapi oleh Bapak Mulyo ialah lokasi kandang yang dekat dengan pemukiman warga sehingga ternak mengalami gangguan apabila penduduk beraktifitas. Menurut Setiawan (2002) bahwa lokasi peternakan sebaiknya jauh dari lokasi pemukiman penduduk. Aktifitas perternakan dan penduduk tidak dapat berjalan secara bersamaan dikarenakan ternak dapat mengalami stress apabila berada dekat dengan lingkungan manusia dan manusia dapat terganggu dengan cemaran yang diakibatkan oleh ternak. Menurut Faradis (2009) bahwa jarak peternakan dengan jalan raya yang baik ialah sekitar 1 km dan jarak komplek kandang dengan pemukiman penduduk terdekat ialah 15 meter.

2.2.4.   Responden 4
             Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan responden 4 diketahui responden 4 ialah Bapak Murtadi yang telah memulai usaha ternak kambing potong sejak tahun 1996. Permasalahan yang dialami oleh Bapak Murtadi ialah tingkat kebuntingan ternak betina yang rendah atau S/C sebesar 2. Hal ini dapat diakibatkan oleh pemberian pakan yang belum memenuhi nutrisi, pengetahuan peternak mengenai masa birahi ternak betina. Menurut Mulyono (2011) bahwa masa birahi terjadi hanya beberapa saat, yakni saat  hormon estrogen mencapai puncaknya antara 24 – 48 jam. Pada masa tersebut kambing betina harus segera dikawinkan agar dapat terjadi pembuahan dan menghasilkan kebuntingan. Pemberian pakan yang bernutrisi juga dapat mempengaruhi aktifitas kesehatan organ reproduksi kambing. Menurut Winugroho (2002) bahwa perbaikan nutrisi dapat menyebabkan perbaikan fungsi ovarium yang disebabkan oleh kecukupan cadangan energi tubuh ternak.

2.2.5.   Responden 5
             Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan diketahui bahwa responden 5 ialah Bapak Hardjo yang memulai usaha ternak sapi potong sejak tahun 2000. Permasalahan yang dialami oleh Bapak Hardjo ialah penyakit cacingan pada ternak. Penyakit ini memang tidak secara langsung membunuh ternak, namun cacing dalam perut akan memanfaatkan nutrisi untuk pertumbuhan ternak sehingga menyebabkan penurunan bobot badan sapi dan nafsu makan sapi. Menurut Budiraharjo dkk., (2011) bahwa kondisi lingkungan yang kurang memperhatikan kebersihan dapat menyebabkan gangguan penyakit pada ternak. Menurut Hadi dan Ilham (2002) bahwa kendala umum yang dialami peternak ialah penyakit cacingan pada ternak yang menyebabkan penurunan bobot tubuh ternak sehingga ternak menjadi kurus kering akibat nutrisi yang diserap oleh cacing.

2.3.      Potensi yang Ada (SDA)

            Peternakan yang terletak di Kelurahan Bulusan dapat dikatakan belum berkembang dengan baik apabila dibandingkan dengan potensi sumber daya alam yang tersedia. Kondisi lingkungan memiliki potensi untuk pengembangan usaha peternakan dimana tampak adanya lahan yang ditumbuhi hijauan yang cukup untuk menyediakan sumber pakan bagi ternak. Sumber air bersih sudah cukup melimpah dan lokasi mudah dijangkau oleh sarana transportasi yang cukup memadai dapat digunakan pengembangan peternakan karena tidak terlalu jauh dari pusat kota.

Tabel 3. Data Luas Penggunaan Lahan di Kota Semarang
No
Penggunaan Lahan
Luas (hektar)
1
Sawah
3701,3
2
Tegalan/ Kebun
7538,7
3
Ladang/ Huma
68640
4
Perkebunan
814
5
Ditanami Pohon
1418,6
6
Padang Penggembalaan/ Rumput
481,6
7
Sementara Tidak Diusahakan
10530
Sumber : Data Sekunder Praktikum Penyuluhan, 2018.
        Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa penggunaan lahan di Kota semarang untuk sawah seluas 3701,3 hektar, tegalan/kebun seluas 7538,7 hektar, ladang/huma seluas 68640 hektar, perkebunan seluas 814 hektar, ditanami pohon 1418,6 hektar, padang penggembalaan/rumput seluas 481,6 hektar  dan  sementara
tidak diusahakan seluas 10530 hektar.





Tabel 4. Data Populasi/Jumlah Ternak di Kecamatan Tembalang Tahun 2013
No
Komoditas
Jumlah
1
Sapi Potong
149
2
Sapi perah
10
3
Kerbau
66
4
Kuda
2
5
Kambing
270
Jumlah
706
Sumber : Data Sekunder Praktikum Penyuluhan, 2018.
            Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa jumlah ternak yang ada di Kecamatan Tembalang sebanyak 706 ekor, sapi potong sebanyak 149 ekor, sapi perah sebanyak 10 ekor, kerbau sebanyak 66 ekor, kuda sebanyak 2 ekor dan kambing sebanyak 270 ekor.

2.4.      Masalah yang ditemukan

            Berdasarkan kegiatan wawancara yang telah dilakukan di Kelurahan Bulusan diketahui bahwa masalah yang sering dihadapi peternak ialah rendahnya hasil produksi dari ternak terutama sapi yang dipelihara. Hasil produksi yang kurang maksimal disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ialah pemanfaatan ternak yang kurang optimal, faktor tingkat pendidikan yang rendah sehingga dalam beternak hanya mengandalkan pengalaman beternak berdasarkan pemahaman dan pengetahuian peternak saja, peternak kurang mampu memanfaatkan teknologi yang semakin berkembang. Rendahnya kesadaran peternak sehingga ternak bisa mengalami penyakit seperti cacingan yang disebabkan oleh sanitasi kandang yang kurang baik. Pemberian pakan yang kurang diperhatikan dan konstruksi kandang yang kurang sesuai. Berdasarkan masalah-masalah tersebut dapat menyebabkan produksi ternak kurang optimal dan menyebabkan rendahnya keuntungan peternak.



BAB III
PENENTUAN DAN PEMBAHASAN MASALAH
3.1.      Penentuan Masalah

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan di Kelompok Tani Maju Makmur diperoleh hasil bahwa masalah yang dihadapi oleh para peternak Sapi potong adalah produktivitas sapi potong yang kurang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Wiyatna (2012) yang menyatakan bahwa permasalahan yang sering dihadapi oleh peternakan rakyat sapi potong adalah produktivitas ternak yang rendah.  Produktivitas yang rendah menyebabkan kerugian bagi peternak karena hasil yang diperoleh dari pemeliharaan sapi potong sedikit. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2009) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak adalah produktivitas pada sapi, sapi yang memiliki produktivitas rendah akan menghasilkan pendapatan yang rendah.

3.2.      Pembahasan Masalah

Sapi potong merupakan salah satu dari sekian banyak komoditas peternakan yang memiliki peranan sebagai penghasil produk pangan, tenaga kerja, energi dan pupuk. Menurut Abidin (2008) sapi potong adalah jenis sapi khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Produktivitas ternak sapi dipengaruhi oleh genetik, pakan dan tatalaksana. Menurut Wiyatna (2012) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi adalah genetik, pakan dan manajemen pemeliharaan. Pemberian pakan yang tidak sesuai kebutuhan akan menyebabkan produktivitas rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartatik (2010) yang menyatakan bahwa ternak-ternak sapi yang dipelihara pada peternakan rakyat secara umum akan mengalami kekurangan pakan karena jumlah pakan yang diberikan biasanya tidak sesuai dengan kebutuhan ternak, kualitasnya rendah, dan jarang sekali yang memberikan pakan tambahan seperti konsentrat.
Pada usaha penggemukan, aspek yang sangat penting adalah pemberian pakan konsentrat. Hal ini sesuai dengan pendapat Febrina dan Liana (2008) yang menyatakan bahwa kualitas serta kuantitas pakan yang diberikan merupakan aspek terpenting dalam penggemukan sapi potong. Persoalan yang dihadapi peternak di pedesaan adalah belum terbiasa memberikan konsentrat untuk memacu pertumbuhan sapi dengan alasan biaya yang relatip mahal. Hal ini sesuai dengan pendapat Wiyatna (2012) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang menjadi permasalahan pada peternakan rakyat adalah belum terbiasa memberikan konsentrat. Untuk memperoleh hasil yang optimal, terdapat beberapa hal pokok yang perlu mendapatkan perhatian dari peternak dalam pengelolaan usaha penggemukan sapi potong, yaitu pemilihan bibit/bakalan, sistem penggemukan, pakan dan cara pemberiannya, penyediaan kandang dan pengendalian dan pencegahan penyakit.
















BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan masalah yang dihadapi peternak sapi potong di Kelurahan Bulusan, dapat dilakukan pemecahan masalah dengan cara memperbaiki manajemen penggemukan dalam pengelolaan usaha penggemukan sapi potong yang meliputi pemilihan bibit/bakalan yang unggul, memperbaiki sistem penggemukan, memperbaiki pakan dan cara pemberiannya, penyediaan kandang yang baik serta pengendalian dan pencegahan penyakit.  Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin (2008) yang menyatakan bahwa produktivitas sapi dapat diperbaiki dengan cara memilih bakalan yang unggul, melakukan perbaikan sistem penggemukan dan pemberian pakan. Produktivitas sapi depengaruhi oleh genetik, pakan dan manajemen pemeliharaan. Hal ini sesuai pendapat Wiyatna (2012) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi adalah genetik, pakan dan manajemen pemeliharaan.
Keterampilan dalam memilih bibit (sapi bakalan) merupakan langkah awal yang sangat menentukan dalam suatu usaha penggemukan sapi potong. Hal ini sesuai dengan pendapat  Abidin (2008) yang menyatakan bahwa pemilihan bakalan yang baik menjadi langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan usaha. Salah satu tolak ukur penampilan produksi sapi potong adalah pertambahan berat badan harian. Pemilihan bakalan untuk tujuan penggemukan harus memperhatikan bangsa sapi, jenis kelamin, umur dan kondisi awal yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat  Budiraharjo et al. (2011) yang menyatakan bahwa pemilihan bakalan sapi ini bertujuan untuk menghasilkan ternak sapi potong yang sehat, tidak cacat dan mempunyai harga jual tinggi sehingga nantinya dapat memberikan keuntungan kepada para peternak.
Manajemen penggemukan dapat diperbaiki dengan melakukan perubahan sistem penggemukan yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat  Talib (2001) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab manajemen penggemukan yang kurang baik yaitu karena pada sebagian besar pemeliharaan sapi potong di peternakan rakyat masih belum berorientasi pada peningkatan efisiensi produksi dan masih mempertahankan sistem tradisional yang telah ada. Salah satu sistem penggemukan sapi potong yang biasa dilakukan oleh peternak adalah sistem kereman. Hal ini sesuai dengan pendapat  Sugeng (2002) yang menyatakan bahwa sistem kereman merupakan sistem penggemukan yang banyak dilakukan oleh peternak yaitu dengan menempatkan sapi dalam kandang secara terus menerus selama beberapa bulan dan pemberian pakan dan minum dilakukan dalam kandang, tidak dilakukan penggembalaan selama proses berlangsungnya penggemukan.
Pemberian pakan yang baik harus sesuai dengan kebutuhan ternak baik dari segi kuantítas maupun kualitasnya. Hal ini sesuai dengan pendapat  Wina (2005) yang menyatakan bahwa pemberian pakan yang rendah kualitasnya juga akan menyebabkan kondisi dan fungsi rumen kurang baik sehingga akan menyebabkan proses penyerapan nutrisi pakan terganggu. Tujuan pemberian pakan dalam suatu usaha penggemukan sapi potong adalah untuk memperoleh pertambahan bobot badan secara maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Febrina dan Liana (2008) yang menyatakan bahwa pemberian pakan yang memiliki kualitas baik bertujuan untuk meningkatkan produktivitas sapi potong. Bahan pakan utama ternak sapi penggemukan adalah dalam bentuk hijauan yaitu berasal dari rumput unggul, rumput lokal dan leguminosa serta pemberian pakan penguat berupa konsentrat untuk melengkapi kekurangan gizi dari hijauan pakan ternak.
Penyediaan kandang yang baik untuk sapi yang digemukkan berfungsi sebagai tempat berlindung ternak terhadap cuaca dan untuk membatasi ruang gerak agar penimbunan daging dan lemak cepat terjadi serta pertambahan bobot badan lebih cepat. Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin (2008) yang menyatakan bahwa fungsi kandang adalah melindungi sapi potong dari gangguan cuaca, tempat sapi beristirahat dengan nyaman, mengontrol agar sapi tidak merusak tanaman di sekitar lokasi, tempat pengumpulan kotoran sapi, melindungi sapi dari hewan pengganggu, dan memudahkan pelaksanaan pemeliharaan sapi tersebut. Kandang yang baik merupakan salah satu aspek untuk meningkatkan produktivitas ternak.  Hal ini sesuai dengan pendapat Kutsiyah (2012) yang menyatakan bahwa Pakan yang diberikan memenuhi kebutuhan ternak, bangunan kandang sehat dan nyaman, pemeliharaan disesuaikan dengan fase hidup sapi.
Pengendalian penyakit sapi yang paling baik yaitu menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan guna mencegah timbulnya penyakit yang dapat mengakibatkan kerugian. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi meliputi menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan, mengusahakan lantai kandang selalu kering, memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Ngadiyono (2007) yang menyatakan bahwa kandang yang bersih selain mencegah timbulnya penyakit, juga memberikan kenyamanan bagi ternak maupun peternak. Tindakan pencegahan penyakit yang dapat dilakukan selain sanitasi kandang dan lingkungan disekitar kandang, tidakan pencegahan juga bisa dengan melakukan vaksinasi terhadap ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Tjahjati (2001) yang menyatakan pemberian vaksinasi sebaiknya dilakukan setiap 2 – 3 bulan sekali yang berguna sebagai pencegahan terhadap penyakit menular.















BAB V
PERENCANAAN KERJA
5.1.      Materi

            Materi yang dapat diberikan oleh penyuluh untuk peternak ialah sesuai dengan masalah yang ditemukan di lapangan. Identifikasi masalah dan sebagai penyuluh harus memiliki kemampuan penguasaan materi, cara penyampaian materi serta pemberian motivasi agar peternak merubah pola pikirnya menjadi lebih maju (Yusuf dan Tasripin, 2011). Berdasarkan hasil praktikum diketahui masalah produktivitas sapi potong yang rendah yang dapat diselesaikan dengan memperbaiki manajemen pengemukan sapi. Materi yang digunakan ialah dengan memberi arahan agar ternak tidak hanya dipelihara dengan perkiraan dari pengalaman namun juga berdasarkan teori yang dapat dipelajari oleh peternak, memberikan penyuluhan berupa pentingnya sanitasi sebagai usaha pencegahan penyakit pada ternak, memberikan informasi mengenai cara pemberian pakan berdasarkan kebutuhan ternak dan cara membangun kandang yang baik, cara memilih induk berkualitas sehingga mampu melahirkan anak setiap tahun. Penyuluhan dengan metode dan media yang tepat agar peternak mampu menyerap informasi dengan mudah. Menurut pendapat Sadono (2009) bahwa materi yang diberikan untuk peternak harus mampu menarik perhatian dan dapat merangsang sehingga menimbulkan keinginan peternak merubah pola pikir menjadi lebih baik.

5.2.      Media
            Media yang dipakai dalam penyampaian materi penyuluhan kepada peternak terdiri dari media cetak dan media elektronik. Media cetak yang digunakan yaitu poster dan booklet. Media booklet merupakan jenis media yang menghubungkan penyuluh dengan masyarakat dalam bentuk cetakan yang bersifat mendidik, informatif, mudah dibawa dan dapat dibaca berulang kali. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardiningsih (2009) yang menyatakan bahwa media booklet dapat digunakan oleh berbagai golongan masyarakat, dengan cara penyajian dalam bentuk seperti buku yang lebih efisien dan informatif. Poster merupakan media cetak yang berisi gagasan dengan bentuk gambar, sehingga mudah dipahami dan diikuti oleh pembaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2015) yang menyatakan bahwa poster adalah media yang digunakan untuk menyampaikan informasi maupun saran yang merangsang keinginan untuk melakukan isi oesan yang dikandungnya. Media elektronik yang digunakan yaitu LCD proyektor. Penggunaan LCD proyektor akan memudahkan dalam penyampaian pesan kepada masyarakat. Hal tersebut dikarenakan penangkapan materi yang mudah dan jelas serta mampu menampilkan gagasan dalam bentuk video. Hal ini sesuai dengan pendapat Enterprise (2013) yang menyatakan bahwa LCD memiliki kelebihan tersendiri dalam menyampaikan materi, yaitu mampu menampilkan video.

5.3.      Metode

            Metode penyuluhan dibagi menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung. Metode penyuluhan secara langsung yaitu penyuluh menyampaikan materi secara perorangan maupun dalam suatu kelompok sehingga lebih efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyid (2012) yang menyatakan bahwa metode pendekatan kelompok sangat efektif apabila dibandingkan dengan metode lainnya karena peternak dibimbing dan diarahkan secara berkelompok untuk melakukan kegiatan yang lebih produktif. Pengetahuan dan wawasan peternak menjadi bertambah melalui diskusi kelompok. Metode penyuluhan secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan media cetak seperti poster dan booklet. Penggunaan media cetak dalam penyuluhan sangat efektif dan komunikatif karena lebih mudah dimengerti. Hal ini sesuai pendapat Mardiana (2001) bahwa penggunaan media cetak dalam penyuluhan sangat menarik, efektif dan komunikatif. Sehingga dengan menggunakan media cetak dalam penyuluhan peternak dapat lebih paham dan mengerti pesan yang disampaikan oleh penyuluh.

5.4.      Jadwal Kegiatan/Pelaksanaan

Penyuluhan akan dilaksanakan pada bulan Mei 2018 di Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro. Urutan rencana kerja penyuluhan yaitu memberikan pre test, menyampaikan isi materi penyuluhan dan memberikan post test sebagai evaluasi dari materi yang sudah disampaikan.
Judul                : Manajemen  Penggemukan  Sapi  Potong  di  Kelurahan  Bulusan
   Kecamatan Tembalang Kota Semarang.
Media              : Booklet, poster dan LCD proyektor
Metode            : Diskusi
Materi              : Manajemen Penggemukan Sapi Potong
Manajemen penggemukan sapi potong merupakan sebuah manajemen atau tata laksana yang digunakan untuk penggemukan sapi potong. Manajemen penggemukan sapi potong dapat berupa manajemen pemilihan bibit, pemeliharaan, pakan, perkandangan dan kesehatan ternak.















BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.      Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa peternak sapi potong di Kelurahan Bulusan belum memperhatikan manajemen penggemukan sapi potong dengan baik dan permasalahan yang terjadi yaitu produktivitas ternak yang rendah. Metode yang telah digunakan dapat dimanfaatkan secara optimal, karena para peternak mampu menyerap informasi yang telah diberikan dengan baik. Metode booklet merupakan metode yang cocok untuk menyampaikan informasi ke sasaran karena peternak mudah mengerti informasi yang ada pada booklet dan terdapat sedikit gambar yang membuat informasi menjadi menarik. Metode pendekatan kelompok dengan cara demontrasi dan ceramah dirasa efektif untuk menyampaikan informasi yang diberikan. Masalah utama yang terdapat Kelompok Tani Maju Makmur Kelurahan Bulusan yaitu produktivitas sapi potong yang rendah.

6.2.      Saran

Sebaiknya para peternak di Kelurahan Bulusan membuat kelompok binaan dari dinas peternakan maupun swasta yang berkompetensi menangani tentang manajemen penggemukan sapi potong.








DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2008. Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Budiraharjo, K., Handayani, M., dan Sanyoto, G. 2011. Analisis profitabilitas usaha penggemukan sapi potong di kecamatan gunungpati kota semarang. Mediagro. 7(1) : 86-102.

Enterprise, J. 2013. Inspiring Presentation. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Faradis, H.A. 2009. Evaluasi kecukupan nutrient pada ransum ayam broiler di Peternakan CV Perdana Putra Chicken Bogor. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. (Skripsi).


Febrina, D., dan Liana, M. 2008. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ruminansia pada peternak rakyat di Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu. J. Peternakan. 5(1) : 104-108.

Harahap, F.M., Apandi dan S. Ginting. 1978. Teknologi Gasbio. Pusat Teknologi Pembangunan Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Hartatik, T. 2010. Keragaman morfologi dan diferensiasi genetik sapi Peranakan Ongole di peternakan rakyat. J. Ilmu Ternak dan Veteriner. 4(2) : 23-29.

Haryati, T. 2006. Biogas: limbah peternakan yang menjadi sumber energy alternatif. Wartazoa. 16(3) : 160 – 169.

Kusmiati, I., U. Subekti dan W. Windari. 2007. Adopsi Petani Ternak terhadap Pelaksanaan Inseminasi Buatan pada Kambing Kacang di Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun Propinsi Jawa Timur. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Magelang.

Kusmiati, I., U. Subekti dan W. Windari. 2007. Adopsi petani ternak terhadap pelaksanaan inseminasi buatan pada Kambing Kacang di Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun Propinsi Jawa Timur. J Ilmu-Ilmu Pertanian. 2(7) : 45-56.

Kutsiyah, F. 2012. Analisis pembibitan sapi potong di pulau madura. Wartazoa. 22(3) : 113-126.

Mardiana, E. 2011. Analisis efektifitas metode penyuluhan pada masyarakat pesisir. Jurnal Agribisnis. 10(3): 15-20.

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Universitas Sebelas Maret Press, Surakarta.


Mardiningsih, D. 2009. Efektivitas Media Cetak dalam Usaha Meningkatkan Pengetahuan Peternak Ayam Buras tentang Flu Burung. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan, Semarang.

Mulyono, S. 2011. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.

Ngadiyono, N. 2007. Beternak Sapi. PT Citra Aji Pratama, Yogyakarta.

Padmo, S. 2000. Media Penyuluhan Pertanian dan Komunikasi. Departemen Pertanian, Jakarta.

Rasyid, A. 2012. Metode komunikasi penyuluhan pada petani sawah. J. Ilmu Komunikasi. 1(1) : 1-55

Sadono, D. 2009. Perkembangan pola komunikasi dalam penyuluhan pertanian di Indonesia. J. Komunikasi Pembangunan. 2(7) : 45-56.

Sanjaya, D. 2015. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Prenadamedia, Jakarta.

Setiawan, A.I. 2002. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.

Siregar, S. A. 2009. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. (Skripsi)

Sodiq, A. dan M. Budiono. 2012. Produktivitas sapi potong pada kelompok tani ternak di pedesaan. J. Agripet. 12(1) : 28 – 33.

Sudjana, N. dan A. Rivai. 1990. Media Pengajaran. Sinar Baru, Bandung.

Suriatna, S. 1987. Metode Penyuluh Pertanian. PT. Mediatama, Jakarta.

Talib, C. 2001. Pengembangan sistem perbibitan sapi potong nasional. Wartazoa. 11(1) : 10-19.

Tjahjati. 2001. Ilmu Penyakit Ternak 2. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wina, E. 2005. Teknologi pemanfaatan mikroorganisme dalam pakan untuk meningkatkan produktivitas ternak ruminansia di Indonesia: Sebuah Review. Wartazoa. 15(4) : 173-186.

Winugroho, M. 2002. Strategi pemberian pakan tambahan untuk memperbaiki efisiensi reproduksi induk sapi. Jurnal Litbang Pertanian 21(1) : 19 – 23.
Wiyatna, M. F. 2012. Produktivitas Sapi Peranakan Ongole pada Peternakan Rakyat di Kabupaten Sumedang (Productivity of Peranakan Ongole Cattle on traditional farm system in Sumedang Region). J. Ilmu Ternak. 12(2) : 23-29.

Yunasaf, U. dan D. S. Tasripin. 2011. Peran penyuluh dalam proses pembelajaran peternakan sapi perah di KSU Tandangsari Sumedang. . Ilmu Ternak. 2(11) : 98-103.

Yusuf, D dan Tasripin. 2011. Deskripsi sapi perah FH. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran, Bandung.





















LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto dengan responden 1
 
















Nama Responden                    : Bapak Bastian
Usia                                         : 45 tahun
Alamat :                                  : Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang
                                                  Kota Semarang
Pendidikan terakhir                 : S1
Pengalaman beternak              : 6 tahun











Lampiran 2. Foto dengan responden 2
 
















Nama Responden                    : Bapak Sukimin
Usia                                         : 63 tahun
Alamat :                                  : Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang
                                                  Kota Semarang
Pendidikan terakhir                 : SD
Pengalaman beternak              : 11 tahun













Lampiran 3. Foto dengan responden 3














Nama Responden                    : Bapak Mulyo
Usia                                         : 62 tahun
Alamat :                                  : Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang
                                                  Kota Semarang
Pendidikan terakhir                 : SMP
Pengalaman beternak              : 9 tahun














Lampiran 4. Foto dengan responden 4

 

















Nama Responden                    : Bapak Murtadi
Usia                                         : 69 tahun
Alamat :                                  : Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang
                                                  Kota Semarang
Pendidikan terakhir                 : SD
Pengalaman beternak              : 9 tahun

















Lampiran 5. Foto dengan responden 5
 




















Nama Responden                    : Bapak Hardjo
Usia                                         : 58 tahun
Alamat :                                  : Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang
                                                  Kota Semarang
Pendidikan terakhir                 : SD
Pengalaman beternak              : 12 tahun















Lampiran 6. Kuesioner

A.       Identitas Peternak

Nama Responden                         :
Usia                                              :
Alamat                                         :
Pendidikan terakhir                      :
Pengalaman beternak                   :

B.        Usaha Peternakan

Jenis ternak yang diternakkan                  :
Awal memulai usaha                                :
Target usaha yang diinginkan                  :
Jumlah populasi ternak                             :
Alasan memilih ternak yang diternakkan :
Bobot badan rata-rata ternak                   :
Jumlah ternak jantan                                :
Jumlah ternak betina                                :
Jumlah ternak saat awal usaha                 :
Kendala selama beternak                         :
Penyakit yang pernah menyerang            :
Asal ternak sebelum dibeli                       :
Persiapan awal memulai beternak            :
Luas kandang                                           :
Jumlah kandang                                       :
Pakan yang diberikan                               :
Pemberian pakan                                      :
Asal bahan pakan                                     :
Jenis obat yang diberikan                         :
Lampiran 6. (Lanjutan)
Cara mengetahui ternak yang sakit          :
Penanganan pada ternak sakit                  :
Penanganan pencegahan penyakit           :
Pengolahan limbah peternakan                :
Sistem pemasaran sapi                             :
Harga jual per ekor sapi                           :

C.    Kondisi Lokasi Peternakan

Alamat Peternakan                                                           :
Latar belakang pemilihan lokasi                                       :
Luas usaha peternakan                                                     :
Topografi wilayahnya                                                      :
Jarak peternakan dengan pemukiman penduduk             :
Jarak peternakan dengan tempat pemasaran                    :
Jarak peternaan dengan pengolahan limbah                     :
Kondisi geografi                                                              :

D.    Pakan

Jenis pakan                                               :
Harga bahan pakan                                  :
Asal Pakan                                               :
Jadwal pemberian pakan                          :
Cara pemberian pakan                              :
Pakan yang diguankan/hari/ekor              :
Pakan tambahan                                       :
Jadwal pemberian minum            :
Cara pemberian minum                            :
Komposisi bahan pakan                           :
Lampiran 6. (Lanjutan)
E.     Metode pengenalan penyakit

Pendugaan penyakit                                                         :
Penyakit yang sering menyerang                                     :
Cara penanganan dan pencegahan terhadap penyakit     :
Cara sanitasi                                                                     :
Limbah yang dihasilkan                                                   :
Pengolahan limbah                                                           :
Vaksin yang diberikan                                                     :
 Waktu                                                                         :                      
dilakukan oleh                                                             :
Obat                                                                                 :
Pemberian obat                                                                :
Penanganan                                                                      :

F.     Perkandangan

Luas lahan perkandangan                                    :
Banyak kandang                                                  :
Tipe kandang                                                       :
Kapasitas tiap kandang                                        :
Kepadatan tiap kandang                                      :
Bahan atap dan lantai kandang                            :
Kelayakan kandang                                             :
Biaya pembuatan kandang                                   :
Fasilitas perkandangan                                         :
Jarak kandang dengan pam air                             :
Fasilitas kandang                                                 :
Jarang perkandangan dengan pemukiman           :          
Akses menuju perkandangan dan kandang         :
Lampiran 6. (Lanjutan)
G.    Manajemen

Dana awal dalam berternak         :
Jumlah ternak yang dimiliki         :
Sistem pemeliharaan                    :
Biaya produksi                             :
Masalah yang sering dihadapi      :
Pihak yang membantu siapa         :
Harga beli bibit                            :
Penentuan harga jual                    :
Keuntungan                                 :
Penjualan per tahun                      :
Tempat penjualan                         :
Metode penjualan                        :
Waktu jual                                    :
Umur dan berat ternak yg dijual :
Harga  jual                                    :

H.    Masalah dan solusi

Masalah yang sering dihadapi                                                                :
Masalah yang paling berpengaruh terhadap produksi ternak                 :
Upaya peternak dilakukan untuk mempengaruhi                                   :
Keterlibatan pihak lain yang membantu menyelesaikan masalah           :
Cara pencegahan agar tidak muncul masalah                                         :

I.       Penyuluhan

Penyuluhan yang pernah dilakukan                                 :
Pihak penyelenggara penyuluhan                         :
Lampiran 6. (Lanjutan)
Kapan penyuluhan dilakukan                                          :
Dimana penyuluhan dilakukan                                        :
Pengaruh penyuluhan yang diadakan                              :          
Apakah bantuan yang penah diberikan                           
·     Bentuk bantuan                                                   :
·     Asal bantuan                                                        :
·     Sifat bantuan                                                       :
Metode penyuluhan yang pernah digunakan                   :
Media penyuluhan yang pernah digunakan                     :
Frekuensi penyuluhan yang pernah dilakukan                 :
Program penyuluhan yg paling dibutuhkan                     :


















Lampiran 7. Evaluasi Praktikum Penyuluhan
1. Ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan merupakan pengertian dari…
     a. Komunikasi                                                            d. Penyuluhan
b. Pembelajaran                                                          e. Pembahuruan
c. Pengajaran
2. Penentuan masalah dilakukan dengan tujuan…
     a. Untuk mengetahui masalah                                    d. a, b dan c salah
b. Untuk mencari masalah                                         e. a, b dan c benar
c. Agar bisa memecahkan masalah
3. Berikut ini adalah macam-macam media yang dapat digunakan untuk penyuluhan, kecuali…
     a. Koran                                                                    d. Poster
b. Booklet                                                                  e. Proyektor
c. Leaflet
4. Metode penyuluhan terbagi menjadi 2, yaitu…
     a. Langsung dan Tidak langsung                           d. Lama dan cepat
b. Nyata dan semu                                                     e. Berkontinyu dan tuntas
c. Individu dan kelompok
5. Penyuluhan yang baik akan memberikan dampak berupa…
     a. Terjadi perubahan secara positif                            d. a dan b benar
b. Terjadi perubahan secara negatif                           e. a dan c benar
c. Meningkatnya taraf hidup masyarakat

Lampiran 7. (lanjutan)
Kelompok
Pre-Test
Post-Test
II
70
95
III
65
93
Jumlah
135
188

Presentase Pre-Test Kelompok II = ×100%        
                                                    = 52%
Presentase Pre-Test Kelompok III        = ×100%
                                                    = 48%
Presentase Post-Test Kelompok II        = ×100%
                                                    = 51%
Presentase Post-Test Kelompok III = ×100%      
                                                    = 49%




0 komentar:

Posting Komentar

 
TOP