Cinta itu fitrah setiap manusia, lalu kepada siapa cinta itu pantas untuk diberikan?
Sebagai seorang muslim, tolak ukur keimanan kita dilihat dari seberapa cintanya kita kepada sang pencerah alam (Nabi Muhammad SAW) dan mengikuti segala petunjuk Rasulullah SAW
Rasulullah SAW pernah bersabda :
ﻻ يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده والناس أجمعين أو كما قال رسول الله
Tidak sempurna iman seseorang sampai diriku lebih ia cintai dibanding ayahnya, anaknya dan manusia sekalian .
Itulah level tertinggi cinta kepada Rasulullah SAW. Sebelum mencapai level itu, maka belum sempurna iman kita sebagai seorang muslim.
Sahabat Umar pernah berkata kepada Rasulullah SAW:
"Wahai rosulullah , setelah diriku , didunia ini tidak ada orang yang lebih aku cintai selain dirimu".
"berarti imanmu belum sempurna".
Tidak lama kemudian Sayidina Umar kembali mengatakan :
"Sekarang aku sudah mencintaimu melebihi cintaku kepada diriku sendiri".
" Nah, sekarang wahai Umar engkau telah mencapai level tertinggi dari makna cinta".
Lantas bagaimana menumbuhkan benih-benih cinta itu ?
Mari kita bermain pribahasa :
Tak kenal maka tak sayang.
Maka kenalilah nabimu dengan membaca kitab-kitab sejarah yang menceritakan keagungan akhlak sang Nabi, juga membaca kitab-kitab yang menggambarkan sketsa wajah mulia Beliau, dan memperbanyak membaca shalawat kepadanya, lebih-lebih dibulan Rabi'ul Awwal ini, bulan kelahiran Sang Pembawa Cahaya ..
Terus apa balasan cinta yang akan kita dapatkan?
Di Suatu hari Rasulullah sedang berkhutbah dihadapan sahabatnya, lalu ada seorang sahabat yang memberanikan diri untuk bertanya :
"Wahai Rasulullah, kapan kiranya hari kiamat terjadi ?"
Rasulullah bersabda :
" apa yang kamu persiapkan untuk menghadapi nya ? "
Sang Sahabat menjawab :
" Allah dan Rasulnya."
Rasulullah SAW bersabda :
" kamu kelak akan bersama orang yang kamu cintai ( dihari kiamat) ."
Semua sahabat tersenyum bahagia, seolah mendapatkan tiket surga, sebab kecintaan mereka yang begitu dalam kepada Rasulullah.
Inti dari segala perjalanan manusia didunia yaitu selamat diakhirat. Lalu masih kurangkah balasan cinta yang akan kita dapatkan di akhirat kelak?
(Yahya Albanjary, Mahasiswa universitas Al Ahgaff)
0 komentar:
Posting Komentar