METODE PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSA
PADA TERNAK
Untuk menentukan
diagnosa suatu penyakit salah satu teknik yang merupakan serangkaian prosedur
yang harus dikuasai merupakan teknik uji pemeriksaan klinik juga disebut
sebagai diagnosa klinik atau klinis. Penentuan diagnosa klinik yang akurat pada
ternak tidak seratus persen dapat ditegakkan dengan diagnosa klinik tetapi
memerlukan bantuan teknik pemeriksaan atau uji kesehatan lain, seperti
pemeriksaan nekropsi teknik pemeriksaan serologi dan sebagainya. Metode pemeriksaan
diagnosa ada empat cara yaitu Anamnesa, Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi), Pemeriksaan fisiologis dan Pemeriksaan Laboratorium
1.
Anamnesa
Anamnesa
merupakan salah satu metode yang dilakukan pemeriksaan kesehatan hewan dengan
bertanya kepada pemilik ternak tentang segala sesuatu yang memiliki hubungan
dengan penyakit yang menyerang ternak pemilik seperti sejarah hewan sakit,
gejala yang muncul, perilaku ternak pada saat sakit dan lain sebagainya. Hasil
dari anamnesa tersebut dapat digunakan sebagai petunjuk pemeriksaan selanjutnya
untuk mengetahui penyakit tersebut.
2. Pemeriksaan Fisik
2.1.
Inspeksi
(melihat/memperhatikan)
Langkah pertama pada pemeriksaan ternak adalah
inspeksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat, mengamati
kondisi fisik hewan. Inspeksi yang dapat dilakukan yaitu pengamatan kebersihan
kulit dan bulu, status gizi, tempramen, keadaan feces, pemeriksaan mukosa dan
suhu tubuh.
Menurut Astiti
(2010), perbedaan ciri visual antara ternak sehat dengan ternak sakit antara
lain :
NO
|
KATEGORI
|
SEHAT
|
SAKIT
|
1.
|
Pergerakan
|
Aktif dan
lincah
|
Kurang
aktif dan lincah
|
2.
|
Mata
|
Jernih
|
Pucat dan
sayu
|
3.
|
Bulu
|
Halus dan
bersih
|
Kasar,
berdiri dan kusam
|
4.
|
Nafsu
Makan
|
Normal
|
Berkurang
|
5.
|
Lendir
lubang alami
|
Tidak ada
|
Ada
|
6.
|
Suara
napas
|
Halus,
teratur dan tidak tersengal- sengal.
|
Ngorok,
tidak teratur dan tersengal sengal.
|
2.2.
Palpasi (meraba)
Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan
tangan, adalah langkah kedua pada pemeriksaan fisik dan digunakan untuk menambah data yang telah
diperoleh melalui inspeksi sebelumnya. Metode pemeriksaan fisik yang dilakukan
dengan cara perabaan pada bagian tubuh hewan ini akan dapat mengetahui keadaan
bagian luar dari tubuh hewan seperti jika ada benjolan pada tubuh hewan.
Selain itu pemeriksaan dengan cara
palpasi dapat dilakukan untuk memeriksa frekuensi nadi dan jantung pada hewan.
Untuk mengetahui frekuensi nadi pada hewan dapat dirasakan dengan palpasi
ringan dengan menekan pembuluh darah arteri. Pengukuran frekuensi nadi pada
hewan dapat dilakukan diberapa tempat, yaitu :
a) Menekan
arteri femoralis yang terletak dipaha bagan medial (dalam), terutama untuk
hewan berukuran kecil seperti kambing, kucing, anjing, pedet.
b) Menekan
arteri coccigealis median yang terletak dibagian ventral ekor, untuk sapi.
c) Menekan
arteri fascialis, terletak dibagian wajah untuk hewan sapi dan kuda.
d) Menekan
arteri maksilaris yang terletak di maksila untuk hewan kuda.
Metode palapasi ini juga sering digunakan dalam
mendeteksi kebuntingan. Prosedurnya adalah palpasi uterus melalui dinding
rektum untuk meraba pembesaran yang terjadi selama kebuntingan, fetus atau
membran fetus. Teknik yang dapat digunakan pada tahap awal kebuntingan ini
adalah akurat, dan hasilnya dapat langsung diketahui. Namun demikian dibutuhkan pengalaman dan
training bagi petugas yang melakukannya, sehingga dapat tepat dalam
mendiagnosa. Teknik ini baru dapat dilakukan pada usia kebuntingan di atas 30
hari (Lestari, 2006).
2.3.
Perkusi
(mengetuk)
Perkusi, langkah ketiga pemeriksaan ternak adalah
pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengetuk bagian tubuh tertentu pada
hewan yang terlihat mengalami gangguan atau kelainan. Pemeriksaan dengan
ketukan atau pukulan, dapat dilakukan dengan menggunakan alat ketuk (plexor
atau percussion hammer) dan dampalan (fleximeter atau percussion plate) yang
terbuat dari logam. Teknik pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui kelainan-
kelainan yang mungkin ada di rongga dada dan rongga perut. Bila dibawah tepat pengetukan
terdapat rongga udara atau kosong maka akan terjadi bunyi nyaring atau tympanis
dan bila dibawah tempat pengetukan keadaannya masif, yang terdengar adalah
bunyi dup – dup (Asmaki, 2008).
2.4.
Auskultasi
(mendengar)
Auskultasi adalah ketrampilan untuk mendengar suara
tubuh pada paru-paru, jantung, pembuluh darah dan bagian dalam/viscera abdomen
dengan alat bantu stetoskop (Rospond dan Lyrawati, 2009).
Umumnya, auskultasi adalah teknik terakhir yang
digunakan pada suatu pemeriksaan. Suara-suara penting yang terdengar saat
auskultasi adalah suara gerakan udara dalam paru-paru, terbentuk oleh thorax
dan viscera abdomen, dan oleh aliran darah yang melalui sistem kardiovaskular.
Suara terauskultasi dijelaskan frekuensi (pitch), intensitas (keraslemahnya),
durasi, kualitas (timbre) dan waktunya. Pemeriksa akan mengauskultasi suara
jantung, suara tekanan darah (suara Korotkoff), suara aliran udara melalui
paru-paru, suara usus, dan suara organ tubuh.
3.
Pemeriksaan
Fisiologis
Pemeriksaan
fisiologis dilakukan dengan memeriksa suhu tubuh, frekuensi nafas dan frekuensi
detak jantung. Frekuensi nafas merupakan jumlah nafas yang dihembuskan dalam
satu menit dan frekuensi detak jantung adalah jumlah detak jantung selama satu
menit. Pemeriksaan suhu tubuh dilakukan dengan menggunakan thermometer klinis.
4.
Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan
laboratoris adalah upaya untuk membantu memperkuat diagnosa berdasarkan tes
agen penyebab penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit
atau berdasarkan dengan perubahan pada tubuh ternak seperti pemeriksaan dara
menyeluruh dan foto rongent.
Sumber :
http://catatanmahasiswakupukupu.blogspot.co.id/2017/02/klinik-hewan-metode-pemeriksaan-fisik.html
TUGAS
ILMU KESEHATAN TERNAK
“Metode Pemeriksaan dan Diagnosa
pada Ternak”
Dosen Pengampu : drh. Sri Mawati, M.Si.
Disusun Oleh:
Nama : Muhammad Lukman Hakim
NIM : 23010115130183
Kelas : E
PROGRAM
STUDI S1 PETERNAKAN
JURUSAN
PETERNAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2017
0 komentar:
Posting Komentar