Malam itu langit dipenuhi dengan bintang. Dibawah sinar bintang, 2 anak
kecil yang sedang berbaring di hamparan rumput luas. “Jadi besok kamu
pergi?” tanya Kyra, si cewek dengan mata bulatnya yang memandang lurus
ke atas. Matanya berkaca-kaca menahan tangis, berharap sahabatnya bilang
‘tidak’.
“Maaf, Ky,” kata Devan akhirnya setelah lama terdiam.
“Sampai kapan?” tanya Kyra lagi. Devan menggeleng tanpa bersuara. Kyra tidak perlu repot-repot menoleh untuk melihat jawaban Devan. Ia bahkan sudah tahu jawabannya. Kyra menghela nafas panjang.
“Tapi aku janji bakal balik lagi.” Kata Devan dan mengambil posisi duduk. Lalu ia mengambil seutas kalung berbentuk bintang. Ia tahu kalau Kyra suka sekali sesuatu yang berhubungan dengan bintang. Maka ia belajar mengukir dari kakekknya yang kebetulan adalah seorang seniman. Ia mengukir dengan teliti dan menjadikannya kalung.
“Aku mau kasih ini ke kamu,” kata Devan. “Jadi kalau kamu kangen aku, kamu tinggal lihat salah satu bintang yang ada di atas sana.” Katanya lagi. Walau masih kecil, Devan sudah menyukai Kyra.
“Maaf, Ky,” kata Devan akhirnya setelah lama terdiam.
“Sampai kapan?” tanya Kyra lagi. Devan menggeleng tanpa bersuara. Kyra tidak perlu repot-repot menoleh untuk melihat jawaban Devan. Ia bahkan sudah tahu jawabannya. Kyra menghela nafas panjang.
“Tapi aku janji bakal balik lagi.” Kata Devan dan mengambil posisi duduk. Lalu ia mengambil seutas kalung berbentuk bintang. Ia tahu kalau Kyra suka sekali sesuatu yang berhubungan dengan bintang. Maka ia belajar mengukir dari kakekknya yang kebetulan adalah seorang seniman. Ia mengukir dengan teliti dan menjadikannya kalung.
“Aku mau kasih ini ke kamu,” kata Devan. “Jadi kalau kamu kangen aku, kamu tinggal lihat salah satu bintang yang ada di atas sana.” Katanya lagi. Walau masih kecil, Devan sudah menyukai Kyra.
Di Bawah Sinar Bintang - Cerpen Cinta Romantis |
Dan ia akan selalu menyukainya. Tiba-tiba Kyra mengambil posisi duduk seperti Devan. Ia tersenyum sambil menghapus air matanya.
“Tapi kamu harus janji, kalau kamu bakal tungguin aku. Hanya aku cowok yang boleh deket sama kamu.” Kata Devan lagi. Kyra mengangguk patuh dan mengangkat rambut panjangnya, membiarkan Devan memakaikan kalung tersebut kepadanya.
“Devan itu adalah cowok nomer dua setelah papa, ga mungkin ada yang bisa gantiin Devan.” Kata Kyra tersenyum memamerkan lesung pipinya.
“Janji?” tanya Devan mengangkat jari kelingkingnya.
“Janji,” janji Kyra dan mengaitkan jari kelingkingnya yang mungil ke jari kelingking Devan.
**
10 tahun kemudian…
Hari ini adalah tahun ajaran baru. Kyra memaksa kakinya dengan malas-malasan memasuki lingkungan sekolahnya. Ia menguap dengan lebar,semalam ia tidak bisa tidur karena mimpi tentang sahabat kecilnya selalu hadir dalam tidurnya. Ia menghela nafas dengan berat. Ia masuk ke kelas dan langsung di sambut oleh Lita, teman sebangkunya sejak pertama kali mereka masuk SMA.
“Kenapa lo? Kucel amat, semangat dong! 1 tahun lagi kita disini!” kata Lita berusaha menyemangati temannya itu. Kyra duduk dibangkunya dan langsung mencari posisi nyaman untuk tidur.
“Biasa, Lit. Mimpiin dia lagi.” Jawabnya sebelum ia benar-benar tertidur pulas. Lita yang mengetahui semua cerita Kyra diam saja dan membiarkan Kyra tidur.
15 menit kemudian bel masuk pun berbunyi. Lita segera membangunkan Kyra karena wali kelas mereka masuk tidak lama kemudian. Kelas mendadak menjadi ramai begitu melihat Bu Yuri,wali kelas mereka tidak masuk sendirian. Di belakangnya ada cowok dengan tubuh tinggi dan tegap. Rambutnya yang agak gondrong berwarna coklat tua menutupi sebagian keningnya.
“Ky…Ky… dia ganteng banget!” bisik Lita setengah histeris sambil menyenggol lengan Kyra berkali-kali. Kyra yang masuh setengah sadar tidak begitu memperhatikannya. “Anak-anak kalian kedatangan murid baru,” kata Bu Yuri di depan kelas. Cewek-cewek dikelas semakin rusuh begitu cowok itu diberi kesempatan untuk memperkenalkan diri.
“Selamat pagi, nama saya Leonardo Devan Saputra, dan kalian bisa memanggil saya Leo.” Kata Leo singkat, padat, dan jelas.
“Ada yang ingin bertanya?” tanya Bu Yuri. Angel yang merupakan cewek tercentil di kelas langsung mengangkat tangannya. “Leo udah punya pacar belom?” tanyanya dengan nada centil, dan langsung di sorakin seluruh teman sekelasnya. Kyra langsung terbangun dari kantuknya begitu mendengar suara riuh. Ia membenarkan posisi kalungnya yang bagaimana caranya bisa pindah posisi ke belakang lehernya. Ternyata Leo melihat apa yang dilakukan Kyra dan langsung tertegun. Sedetik kemudian Leo terfokus lagi dengan kelas barunya itu. Ia mengangkat salah satu sudut bibirnya menyerupai senyuman, “sudah” jawabnya, tetapi tatapannya tidak lepas dari Kyra yang sedang menguap tampak tak peduli.
“Kalo gitu boleh panggil lo Devan aja ga?” sekarang Tia yang bertanya. Leo terdiam untuk sesaat sebelum akhirnya menjawab, “Maaf, tetapi itu adalah panggilan khusus dari pacar saya.” Jawabnya.
“Bahkan, pacar saya ada di kelas ini juga,” kata Leo lagi. Pernyataan Leo membuat kelas semakin ribut.
“Ky kira-kira siapa ya pacarnya Leo?” tanya Lita berbisik ke Kyra. Kyra hanya mengangkat bahu tidak peduli.
“Dia adalah Kyra.” Kali ini kelas tiba-tiba menjadi sunyi senyap. Semua mata mengarah ke Kyra. Kyra yang tidak suka menjadi pusat perhatian menatap Leo tajam.
“Sudah-sudah, Leo kamu boleh duduk disana.” Kata Bu Yuri akhirnya menengahi. Leo langsung mengangguk patuh dan berjalan menuju bangku kosong yang tersedia. Ketika ia melewati Kyra, ia tersenyum manis dan Kyra langsung buang muka.
**
Bel istirahat akhirnya bordering, semua siswa langsung menuju kantin. Tidak dengan Kyra dan Lita. Mereka mempunyai kebiasaan baca buku bersama di halaman belakang sekolah yang lumayan sepi. Tidak seperti hari-hari biasanya, hari ini Kyra curahkan semua perasaannya yang ia pendam tadi pagi.
“Gue bener-bener ga abis pikir sama Leo. Dia kira dia siapa seenaknya ngaku-ngaku pacar gue.” Kata Kyra kesal.
“Jangan-jangan dia Devan sahabat lo, Ky? Kan namanya sama?” tanya Lita berhati-hati. Kyra memang suka sensitive kalau menyangkut tentang Devan.
“Ga mungkin lah, Lit. Nama mereka sama tuh hanya suatu kebetulan aja.” Sanggah Kyra.
“Tapi kan bisa aja dia tuh,”
“Ternyata kamu bener-bener lupa sama aku ya, Ky?” tiba-tiba Leo sudah berada disana memotong kalimat Lita. Kyra langsung bangun dari posisi duduknya. Leo mendekati Kyra, dan Kyra hanya bisa mematung disana. Lita yang merasa dirinya hanya akan menjadi penonton akhirnya memutuskan pergi dari sana.
“Lo bukan Devan gue.” Kata Kyra dingin. Leo hanya menatap Kyra sendu.
“Ky, ini gue Devan.” Kata Devan berusaha menyakinkan Kyra.
“Lo bukan pacar gue.”
“Lo lupa sama janji kita di bawah bintang? Saat gue kasih kalung itu ke elo?” tanya Devan sambil menatap kalung pemberiannya. Mata Kyra mulai berkaca-kaca masih tidak ingin percaya kalau cowok yang di depannya sekarang adalah Devannya.
“Gue bahkan bikin bintang yang sama dengan ukiran nama lo, Ky.” Kata Devan sambil mengeluarkan ukiran bintang dari sakunya.
“Gue kangen sama lo, Ky. Tiap hari gue mikirin lo, gue selalu bertanya-tanya kabar lo. Gue bisa gila karena kangen sama lo.” Kata Devan panjang lebar. Kyra menangis. Ternyata ini benar-benar Devannya. Devan sahabat kecilnya, cowok yang paling ia sayang, cowok yang selalu ditunggu kehadirannya setiap hari, cowok yang sekarang sedang berdiri tepat dihadapannya.
“Devan?” tanyanya masih tidak percaya. Devan gemas dengan sikap Kyra yang masih tidak percaya. Ia menarik tubuh mungil Kyra dan langsung memeluknya dengan erat. Dan berjanji bahwa ia tidak akan meninggalkan Kyra lagi.
“Tapi kamu harus janji, kalau kamu bakal tungguin aku. Hanya aku cowok yang boleh deket sama kamu.” Kata Devan lagi. Kyra mengangguk patuh dan mengangkat rambut panjangnya, membiarkan Devan memakaikan kalung tersebut kepadanya.
“Devan itu adalah cowok nomer dua setelah papa, ga mungkin ada yang bisa gantiin Devan.” Kata Kyra tersenyum memamerkan lesung pipinya.
“Janji?” tanya Devan mengangkat jari kelingkingnya.
“Janji,” janji Kyra dan mengaitkan jari kelingkingnya yang mungil ke jari kelingking Devan.
**
10 tahun kemudian…
Hari ini adalah tahun ajaran baru. Kyra memaksa kakinya dengan malas-malasan memasuki lingkungan sekolahnya. Ia menguap dengan lebar,semalam ia tidak bisa tidur karena mimpi tentang sahabat kecilnya selalu hadir dalam tidurnya. Ia menghela nafas dengan berat. Ia masuk ke kelas dan langsung di sambut oleh Lita, teman sebangkunya sejak pertama kali mereka masuk SMA.
“Kenapa lo? Kucel amat, semangat dong! 1 tahun lagi kita disini!” kata Lita berusaha menyemangati temannya itu. Kyra duduk dibangkunya dan langsung mencari posisi nyaman untuk tidur.
“Biasa, Lit. Mimpiin dia lagi.” Jawabnya sebelum ia benar-benar tertidur pulas. Lita yang mengetahui semua cerita Kyra diam saja dan membiarkan Kyra tidur.
15 menit kemudian bel masuk pun berbunyi. Lita segera membangunkan Kyra karena wali kelas mereka masuk tidak lama kemudian. Kelas mendadak menjadi ramai begitu melihat Bu Yuri,wali kelas mereka tidak masuk sendirian. Di belakangnya ada cowok dengan tubuh tinggi dan tegap. Rambutnya yang agak gondrong berwarna coklat tua menutupi sebagian keningnya.
“Ky…Ky… dia ganteng banget!” bisik Lita setengah histeris sambil menyenggol lengan Kyra berkali-kali. Kyra yang masuh setengah sadar tidak begitu memperhatikannya. “Anak-anak kalian kedatangan murid baru,” kata Bu Yuri di depan kelas. Cewek-cewek dikelas semakin rusuh begitu cowok itu diberi kesempatan untuk memperkenalkan diri.
“Selamat pagi, nama saya Leonardo Devan Saputra, dan kalian bisa memanggil saya Leo.” Kata Leo singkat, padat, dan jelas.
“Ada yang ingin bertanya?” tanya Bu Yuri. Angel yang merupakan cewek tercentil di kelas langsung mengangkat tangannya. “Leo udah punya pacar belom?” tanyanya dengan nada centil, dan langsung di sorakin seluruh teman sekelasnya. Kyra langsung terbangun dari kantuknya begitu mendengar suara riuh. Ia membenarkan posisi kalungnya yang bagaimana caranya bisa pindah posisi ke belakang lehernya. Ternyata Leo melihat apa yang dilakukan Kyra dan langsung tertegun. Sedetik kemudian Leo terfokus lagi dengan kelas barunya itu. Ia mengangkat salah satu sudut bibirnya menyerupai senyuman, “sudah” jawabnya, tetapi tatapannya tidak lepas dari Kyra yang sedang menguap tampak tak peduli.
“Kalo gitu boleh panggil lo Devan aja ga?” sekarang Tia yang bertanya. Leo terdiam untuk sesaat sebelum akhirnya menjawab, “Maaf, tetapi itu adalah panggilan khusus dari pacar saya.” Jawabnya.
“Bahkan, pacar saya ada di kelas ini juga,” kata Leo lagi. Pernyataan Leo membuat kelas semakin ribut.
“Ky kira-kira siapa ya pacarnya Leo?” tanya Lita berbisik ke Kyra. Kyra hanya mengangkat bahu tidak peduli.
“Dia adalah Kyra.” Kali ini kelas tiba-tiba menjadi sunyi senyap. Semua mata mengarah ke Kyra. Kyra yang tidak suka menjadi pusat perhatian menatap Leo tajam.
“Sudah-sudah, Leo kamu boleh duduk disana.” Kata Bu Yuri akhirnya menengahi. Leo langsung mengangguk patuh dan berjalan menuju bangku kosong yang tersedia. Ketika ia melewati Kyra, ia tersenyum manis dan Kyra langsung buang muka.
**
Bel istirahat akhirnya bordering, semua siswa langsung menuju kantin. Tidak dengan Kyra dan Lita. Mereka mempunyai kebiasaan baca buku bersama di halaman belakang sekolah yang lumayan sepi. Tidak seperti hari-hari biasanya, hari ini Kyra curahkan semua perasaannya yang ia pendam tadi pagi.
“Gue bener-bener ga abis pikir sama Leo. Dia kira dia siapa seenaknya ngaku-ngaku pacar gue.” Kata Kyra kesal.
“Jangan-jangan dia Devan sahabat lo, Ky? Kan namanya sama?” tanya Lita berhati-hati. Kyra memang suka sensitive kalau menyangkut tentang Devan.
“Ga mungkin lah, Lit. Nama mereka sama tuh hanya suatu kebetulan aja.” Sanggah Kyra.
“Tapi kan bisa aja dia tuh,”
“Ternyata kamu bener-bener lupa sama aku ya, Ky?” tiba-tiba Leo sudah berada disana memotong kalimat Lita. Kyra langsung bangun dari posisi duduknya. Leo mendekati Kyra, dan Kyra hanya bisa mematung disana. Lita yang merasa dirinya hanya akan menjadi penonton akhirnya memutuskan pergi dari sana.
“Lo bukan Devan gue.” Kata Kyra dingin. Leo hanya menatap Kyra sendu.
“Ky, ini gue Devan.” Kata Devan berusaha menyakinkan Kyra.
“Lo bukan pacar gue.”
“Lo lupa sama janji kita di bawah bintang? Saat gue kasih kalung itu ke elo?” tanya Devan sambil menatap kalung pemberiannya. Mata Kyra mulai berkaca-kaca masih tidak ingin percaya kalau cowok yang di depannya sekarang adalah Devannya.
“Gue bahkan bikin bintang yang sama dengan ukiran nama lo, Ky.” Kata Devan sambil mengeluarkan ukiran bintang dari sakunya.
“Gue kangen sama lo, Ky. Tiap hari gue mikirin lo, gue selalu bertanya-tanya kabar lo. Gue bisa gila karena kangen sama lo.” Kata Devan panjang lebar. Kyra menangis. Ternyata ini benar-benar Devannya. Devan sahabat kecilnya, cowok yang paling ia sayang, cowok yang selalu ditunggu kehadirannya setiap hari, cowok yang sekarang sedang berdiri tepat dihadapannya.
“Devan?” tanyanya masih tidak percaya. Devan gemas dengan sikap Kyra yang masih tidak percaya. Ia menarik tubuh mungil Kyra dan langsung memeluknya dengan erat. Dan berjanji bahwa ia tidak akan meninggalkan Kyra lagi.
0 komentar:
Posting Komentar