LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
ILMU TILIK TERNAK

Nama : Muhammad Lukman Hakim
NIM : 23010115130219
Kelas : Peternakan E
Asisten : Pradita Diah
PROGRAM
STUDI S-1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
LEMBAR
PENGESAHAN
Kelompok : VIIE
(Tujuh E)
Jurusan : S1 Peternakan
Tanggal Pengesahan : Oktober 2016
Menyetujui,
Koordinator Umum
Ilmu Tilik Ternak
Pradhipta Hersandika
23010113130193
|
Asisten Pembimbing
Pradita Diah
23010114120034
|
BAB I
TUJUAN DAN MANFAAT
1.1. Tujuan
Praktikum
Ilmu Tilik Ternak bertujuan untuk
mengetahui cara menghandling
dan merobohkan ternak dengan
benar, serta mengetahui
cara pendugaan umur dengan melihat poel gigi pada ternak dan pendugaan berat
badan berdasarkan ukuran
lingkar dada, tinggi badan, kedalaman badan, lebar badan dan panjang badannya. Praktikum ini juga bertujuan untuk mengetahui BCS
(Body Condition Score) terhadap suatu ternak.
1.2. Manfaat
Manfaat
diadakannya praktikum Ilmu Tilik Ternak adalah mahasiswa mampu menghandling dan merobohkan ternak dengan benar, menduga umur, bobot badan dan melakukan penilaian terhadap BCS (Body
Condition Score) pada ternak.
BAB II
MATERI DAN METODE
Praktikum
Ilmu Tilik Ternak dengan materi Handling dilaksanakan
pada Sabtu, 24 September 2016 pukul 15.00 – 17.00 WIB
di Kandang Sapi potong dan Padang Penggembalaan dan materi Kualitatif dan Kuantitatif dilaksanakan pada hari Sabtu,
02 Oktober 2016 pukul 10.00 – 12.00 WIB di Kandang Sapi Potong serta materi BCS dilaksanakan pada hari Sabtu, 15
Oktober 2016 pukul 15.00 – 17.00 di Kandang Sapi potong, Fakultas Peternakan dan
Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
2.1. Materi
Materi dalam praktikum Ilmu Tilik Ternak
terdiri dari
alat dan bahan. Alat yang digunakan antara lain
tali untuk menghandling dan mengikat ternak,
tongkat ukur untuk mengukur tinggi pundak, lebar dada, panjang badan dan
kedalaman dada serta pita ukur untuk mengukur lingkar dada. Bahan yang digunakan adalah hewan
ternak yang terdiri dari sapi
potong, sapi perah, kambing dan domba.
2.2. Metode
Pendekatan kuantitaif ternak pada
pendugaan umur dan bobot badan ternak dapat dilakukan dengan cara alat dan
bahan disediakan. Kambing yang akan diduga umurnya di handling dengan cara
menjepit bagian badan kambing agar tidak lepas. Kambing yang telah dihandling
dibuka mulutnya dan dilihat konfigurasi gigi yang telah berubah dari gigi susu
menuju gigi sebenarnya (poel). Poel dihitung sepasang gigi dari tengah hingga
seterusnya.
Alat
dan bahan disediakan. Sapi dihitung lingkar dada, tinggi badan, kedalaman badan,
lebar badan dan panjang badannya. Lingkar dada sapi dihitung dengan cara
melingkarkan tali ukur pada bagian dada yaitu bagian tulang tertinggi
(punggung) sampai belakang kaki depan. Cara menghitung tinggi badan yaitu
tongkat ukur diletakkan dari tanah hingga tulang tertinggi (punggung) dengan
kemiringan 900. Kadalaman badan dapat dihitung dengan cara mengukur menggunakan
tongkat ukur dari tulang tertinggi (punggung) hingga belakang kaki depan. Lebar
badan dapat dihiung dengan cara mengukur menggunakan tongkat ukur secara
melintang atau horizontal dari bagian kanan badan sapi hingga bagian kiri badan
sapi dari belakang kaki depan. Cara menghitung panjang badan yaitu dengan
menggunakan tongkat ukur diletakkan dari tulang pin hingga tulang brisket
(diletakkan miring atau tidak lurus sacara horizontal). Sapi yang telah
dihitung lingkar dada, tinggi badan, kedalaman badan, lebar badan dan panjang
badan dapat diduga bobot badannya dengan cara menghitung dengan rumus :
1.
Rumus
Scroll
BB (kg) = 

2.
Rumus
Winter
BB (lbs) = 

3.
Rumus
Winter yang telah disesuaikan oleh Arjodarmoko
BB (kg) =

Metode yang digunakan dalam
pengamatan ternak menggunakan BCS yaitu yang pertama mengamati dua ekor sapi
yang telah disediakan. Kedua ekor sapi dinilai BCS dengan cara menentukan ras
dan jenis kelamin sapi, setelah itu melihat dan meraba spin tulang belakang
(nyata atau tidak nyata), tulang iga (nyata atau tidak nyata), hooks dan pins
(nyata atau tidak nyata), pangkal ekor (ada atau tidak ada lemak), tulang
brisket (ada atau tidak ada lemak) dan perototan (penuh atau tidak ada). Kedua
sapi kemudian ditentukan nilai BCS serta ditentukan pula sapi yang baik dilihat
dari nilai BCS, sedangkan metode untuk menentukan nilai BCS pada sapi dara
yaitu tiga sapi dara yang telah disiapkan dihitung nilai BCS-nya dan setelah
itu mengurutkan sapi dara yang paling baik hingga sapi dara paling buruk.
Penghitungan BCS pada sapi perah dara perlu memperhatikan pula bentuk ambing
dan kesimetrisan putting pada ambing. BCS yang baik untuk sapi potong yaitu
5-7, sapi perah 5-6, kambing 5-7.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Pendugaan Umur
Tabel 1. Gigi Poel Kambing
Kambing
Nomor 3
|
Kambing
Nomor 5
|
Sumber
: Data Primer Praktikum Ilmu Tilik Ternak, 2016.
Berdasarkan
hasil praktikum diperoleh hasil bahwa pada kambing nomor 3 memiliki jumlah gigi yang poel 2 berumur sekitar 2 tahun, dan kambing nomor
5 memiliki jumlah
gigi yang poel
3 berumur
sekitar 3-4 tahun. Jumlah gigi
yang poel, dapat
digunakan untuk melakukan pendugaan umur pada ternak. Menurut Yulianto dan Saparinto (2014) jumlah gigi gigi yang poel, cincin tanduk
dan lepasnya tali pusar dapat digunakan untuk melakukan pendugaan umur pada
ternak. Pendugaan umur ternak dengan melihat
jumlah gigi yang poel merupakan cara yang paling mudah dan lebih akurat dibandingkan dengan cara lainnya. Soeprapto dan Abidin (2006)
menyatakan bahwa penentuan umur dengan melihat pertumbuhan gigi lebih akurat
dibandingkan dengan metode pengamatan lingkar tanduk.
3.2. Pendugaan Bobot Badan
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa sapi memiliki tinggi pundak sebesar 132 cm, lingkar dada 172 cm, panjang badan 134 cm lebar dada sebesar 30,6 cm, dan kedalaman dada sebesar 65,6 cm. Berdasarkan data tersebut dapat
diketahui atau diduga bobot badannya menggunakan rumus scroll sebesar 376,36 kg. Menurut Yulianto dan
Saparinto (2010) bahwa bobot badan ternak dapat diketahui dengan menggunakan rumus
Schrool yaitu lingkar dada ditambah 22 lalu dikuadratkan dan hasilnya dibagi
100. Birteeb dan Ozoje (2011) menyatakan bahwa untuk menduga bobot badan bangsa
ternak variabel yang dibutuhkan hanya
lingkar dada dan panjang badan.
3.3. Body Condition Score (BCS)
Bedasarkan hasil praktikum diperoleh
hasil bahwa sapi pertama memiliki BCS 3 dan sapi kedua memiliki BCS 5. Sapi
pertama merupakan Sapi potong jantan jenis Peranakan Ongole (PO) yang memiliki BCS 3 karena spin tulang belakang nampak
nyata, Iga nyata, hooks dan pin nampak nyata, pangkal
ekor tidak ada lemak, tulang brisket tidak ada lemak, dan perototan tidak ada. Sedangkan sapi
kedua merupakan Sapi potong jantan jenis Peranakan Limousin yang memiliki BCS 5 karena spin tulang belakang tidak nyata, Iga nomer 1 atau 2 bisa
jadi nyaata, hooks dan pin agak nyata, pangkal ekor sedikit berlemak, tulang
brisket berlemak, dan perototan penuh. BCS
atau Body Condition Score merupakan suatu parameter penilaian terhadap kondisi tubuh ternak guna
memprediksi produksi suatu ternak. Sapi kedua merupakan sapi yang ideal karena memiliki BCS
5. Menurut Susilorini, et al. (2008) bahwa BCS adalah suatu
penilaian kondisi tubuh dengan menggunakan skor terhadap estimasi visual
timbunan lemak tubuh yang ada dibawah kulit, sekitar pangkal ekor, tulang
punggung dan pinggul. Luthfi dan Affandhy (2013) menambahkan bahwa Bobot badan yang ideal
bervariasi dari sapi ke sapi sedangkan kondisi tubuh ideal (BCS antara 5-6)
adalah sama untuk semua bangsa sapi potong. Namun, penilaian BCS ternak yang
ideal tergantung pada tujuan dari pemeliharaan. Syarifudin (2013) berpendapat bahwa
penilaian BCS ternak yang ideal tergantung pada tujuan pemeliharaan, ternak
yang dipelihara untuk ternak pedaging atau penggemukan maka BCS tubuh semakin
besar maka akan semakin baik.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan
bahwa pendugaan umur ternak
dapat dilakukan dengan melihat jumlah gigi
yang poel pada ternak. Semakin banyak gigi yang poel semakin tua umur ternak. Pendugaan bobot badan ternak dapat
dilakukan dengan cara
menghitung menggunakan rumus scroll, winter ataupun winter yang telah
disesuaikan oleh arjodarmoko bedasarkan lingkar dada, tinggi pundak, lebar dada, panjang badan
dan kedalaman dada. Pendugaan BCS (Body
Condition Score) dapat dilihat dari bagian-bagian tubuh ternak seperti
bagian spin tulang belakang, tulang iga, hooks dan pins, pangkal ekor, tulang
brisket dan perototan.
4.2. Saran
Pada praktikum ilmu tilik ternak sebaiknya ketika praktikum penilaian BCS diberikan contoh sapi dengan masing-masing BCS mulai dari BCS 1
sampai 9 sehingga dalam pemahaman materi
lebih mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Birteeb, P.T.
and M.O. Ozoje.
2011. Prediction of live body weight from linear body
measurements of West African Long-Legged
and West African Dwarf
sheep in Nothern Ghana. Online J. Anim.
Feed. Res. 2(5):427–434.
Luthfi, M., & Affandhy, L.
(2013). Pertambahan Bobot Badan Harian dan Skor Kondisi Tubuh Pedet Silangan
Pra Sapih dengan Teknologi Creep Feeding di Peternakan Rakyat. Loka Penelitian
Sapi Potong. Grati, Pasuruan, Jawa Timur.
Soeprapto, H. dan Z. Abidin.
2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Susilorini, E. T., M. E. Sawitri
dan Muharlien. 2008. Budi Daya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta.
Syaifudin, A. 2013. Profil Body
Condition Score (BCS) Sapi Perah di Wilayah Koperasi Peternakan Sapi Bandung
Utara (KPSBU) Lembaga (Studi Kasus). Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi Sarjana Kedokteran Hewan).
Yulianto, P. dan C. Saparinto.
2010. Pembesaran Sapi Potong secara Intensif. Penebar Swadaya, Jakarta.
Yulianto, P. dan C. Saparinto.
2014. Beternak Sapi Limousin. Penebar Swadaya, Jakarta.
Lampiran 1. Perhitungan Bobot Badan
Tinggi Badan (TB) =
130 cm
Kedalaman Dada (KD) =
65,6 cm
Lebar Dada (LD) =
25,6 cm
Panjang Badan (PB) =
134 cm
Lingkar Dada (LD) =
172
Rumus Schrool
BB
= 

= 

= 376,36 kg
0 komentar:
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.