Loading...
Senin, 07 November 2016

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU TILIK TERNAK

 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
ILMU TILIK TERNAK







Hasil gambar untuk logo undip






Nama              : Muhammad Lukman Hakim
NIM                : 23010115130219
Kelas               : Peternakan E
Asisten            : Pradita Diah











PROGRAM STUDI S-1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok                   : VIIE (Tujuh E)
Jurusan                        : S1 Peternakan
Tanggal Pengesahan    :      Oktober 2016




















Menyetujui,
Koordinator Umum
Ilmu Tilik Ternak






Pradhipta Hersandika
23010113130193
Asisten Pembimbing







Pradita Diah
 23010114120034

BAB I
TUJUAN DAN MANFAAT
1.1.      Tujuan          
Praktikum Ilmu Tilik Ternak bertujuan untuk mengetahui cara menghandling dan merobohkan ternak dengan benar, serta mengetahui cara pendugaan umur dengan melihat poel gigi pada ternak dan pendugaan berat badan berdasarkan ukuran lingkar dada, tinggi badan, kedalaman badan, lebar badan dan panjang badannya. Praktikum ini juga bertujuan untuk mengetahui BCS (Body Condition Score) terhadap suatu ternak.

1.2.      Manfaat
Manfaat diadakannya praktikum Ilmu Tilik Ternak adalah mahasiswa  mampu menghandling dan merobohkan ternak dengan benar, menduga umur, bobot badan dan melakukan penilaian terhadap BCS (Body Condition Score) pada ternak.




BAB II
MATERI DAN METODE
Praktikum Ilmu Tilik Ternak dengan materi Handling dilaksanakan pada Sabtu, 24 September 2016 pukul 15.00 – 17.00 WIB di Kandang Sapi potong dan Padang Penggembalaan dan materi Kualitatif dan Kuantitatif dilaksanakan pada hari Sabtu, 02 Oktober 2016 pukul 10.00 – 12.00 WIB di Kandang Sapi Potong serta materi BCS dilaksanakan pada hari Sabtu, 15 Oktober 2016  pukul 15.00 – 17.00 di Kandang Sapi potong, Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
2.1.      Materi
            Materi dalam praktikum Ilmu Tilik Ternak terdiri dari alat dan bahan. Alat yang digunakan antara lain  tali untuk menghandling dan mengikat ternak, tongkat ukur untuk mengukur tinggi pundak, lebar dada, panjang badan dan kedalaman dada serta pita ukur untuk mengukur lingkar dada. Bahan yang digunakan adalah hewan ternak yang terdiri dari sapi potong, sapi perah, kambing dan domba.
                                                                                                     
2.2.      Metode
            Pendekatan kuantitaif ternak pada pendugaan umur dan bobot badan ternak dapat dilakukan dengan cara alat dan bahan disediakan. Kambing yang akan diduga umurnya di handling dengan cara menjepit bagian badan kambing agar tidak lepas. Kambing yang telah dihandling dibuka mulutnya dan dilihat konfigurasi gigi yang telah berubah dari gigi susu menuju gigi sebenarnya (poel). Poel dihitung sepasang gigi dari tengah hingga seterusnya.
Alat dan bahan disediakan. Sapi dihitung lingkar dada, tinggi badan, kedalaman badan, lebar badan dan panjang badannya. Lingkar dada sapi dihitung dengan cara melingkarkan tali ukur pada bagian dada yaitu bagian tulang tertinggi (punggung) sampai belakang kaki depan. Cara menghitung tinggi badan yaitu tongkat ukur diletakkan dari tanah hingga tulang tertinggi (punggung) dengan kemiringan 900. Kadalaman badan dapat dihitung dengan cara mengukur menggunakan tongkat ukur dari tulang tertinggi (punggung) hingga belakang kaki depan. Lebar badan dapat dihiung dengan cara mengukur menggunakan tongkat ukur secara melintang atau horizontal dari bagian kanan badan sapi hingga bagian kiri badan sapi dari belakang kaki depan. Cara menghitung panjang badan yaitu dengan menggunakan tongkat ukur diletakkan dari tulang pin hingga tulang brisket (diletakkan miring atau tidak lurus sacara horizontal). Sapi yang telah dihitung lingkar dada, tinggi badan, kedalaman badan, lebar badan dan panjang badan dapat diduga bobot badannya dengan cara menghitung dengan rumus :
1.      Rumus Scroll
BB (kg)     = 
2.      Rumus Winter
BB (lbs)     =
3.      Rumus Winter yang telah disesuaikan oleh Arjodarmoko
BB (kg)     =  

            Metode yang digunakan dalam pengamatan ternak menggunakan BCS yaitu yang pertama mengamati dua ekor sapi yang telah disediakan. Kedua ekor sapi dinilai BCS dengan cara menentukan ras dan jenis kelamin sapi, setelah itu melihat dan meraba spin tulang belakang (nyata atau tidak nyata), tulang iga (nyata atau tidak nyata), hooks dan pins (nyata atau tidak nyata), pangkal ekor (ada atau tidak ada lemak), tulang brisket (ada atau tidak ada lemak) dan perototan (penuh atau tidak ada). Kedua sapi kemudian ditentukan nilai BCS serta ditentukan pula sapi yang baik dilihat dari nilai BCS, sedangkan metode untuk menentukan nilai BCS pada sapi dara yaitu tiga sapi dara yang telah disiapkan dihitung nilai BCS-nya dan setelah itu mengurutkan sapi dara yang paling baik hingga sapi dara paling buruk. Penghitungan BCS pada sapi perah dara perlu memperhatikan pula bentuk ambing dan kesimetrisan putting pada ambing. BCS yang baik untuk sapi potong yaitu 5-7, sapi perah 5-6, kambing 5-7.




BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.            Pendugaan Umur
     Tabel 1. Gigi Poel Kambing


Kambing Nomor 3
Kambing Nomor 5
    Sumber        : Data Primer Praktikum Ilmu Tilik Ternak, 2016.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa pada kambing nomor 3 memiliki jumlah gigi yang poel 2 berumur sekitar 2 tahun, dan  kambing nomor 5 memiliki jumlah gigi yang poel 3 berumur sekitar 3-4 tahun. Jumlah gigi yang poel, dapat digunakan untuk melakukan pendugaan umur pada ternak. Menurut Yulianto dan Saparinto (2014) jumlah gigi gigi yang poel, cincin tanduk dan lepasnya tali pusar dapat digunakan untuk melakukan pendugaan umur pada ternak. Pendugaan umur ternak dengan melihat jumlah gigi  yang poel merupakan cara yang paling mudah dan lebih akurat dibandingkan dengan cara lainnya. Soeprapto dan Abidin (2006) menyatakan bahwa penentuan umur dengan melihat pertumbuhan gigi lebih akurat dibandingkan dengan metode pengamatan lingkar tanduk.

3.2.      Pendugaan Bobot Badan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa sapi memiliki tinggi pundak sebesar 132 cm, lingkar dada 172 cm, panjang badan 134 cm lebar dada sebesar 30,6 cm, dan kedalaman dada sebesar 65,6 cm. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui atau diduga bobot badannya menggunakan rumus scroll sebesar 376,36 kg. Menurut Yulianto dan Saparinto (2010) bahwa bobot badan ternak dapat diketahui dengan menggunakan rumus Schrool yaitu lingkar dada ditambah 22 lalu dikuadratkan dan hasilnya dibagi 100. Birteeb dan Ozoje (2011) menyatakan bahwa untuk menduga bobot badan bangsa ternak variabel yang dibutuhkan hanya  lingkar dada dan panjang  badan.

3.3.      Body Condition Score (BCS)

            Bedasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa sapi pertama memiliki BCS 3 dan sapi kedua memiliki BCS 5. Sapi pertama merupakan Sapi potong jantan jenis Peranakan Ongole (PO) yang memiliki BCS 3 karena spin tulang belakang nampak nyata, Iga nyata, hooks dan pin nampak nyata, pangkal ekor tidak ada lemak, tulang brisket tidak ada lemak,  dan perototan tidak ada. Sedangkan sapi kedua merupakan Sapi potong jantan jenis Peranakan Limousin yang memiliki BCS 5 karena spin tulang belakang tidak nyata, Iga nomer 1 atau 2 bisa jadi nyaata, hooks dan pin agak nyata, pangkal ekor sedikit berlemak, tulang brisket berlemak, dan perototan penuh. BCS atau Body Condition Score merupakan suatu parameter penilaian terhadap kondisi tubuh ternak guna memprediksi produksi suatu ternak. Sapi kedua merupakan sapi yang ideal karena memiliki BCS 5. Menurut Susilorini, et al. (2008) bahwa BCS adalah suatu penilaian kondisi tubuh dengan menggunakan skor terhadap estimasi visual timbunan lemak tubuh yang ada dibawah kulit, sekitar pangkal ekor, tulang punggung dan pinggul. Luthfi dan Affandhy (2013) menambahkan bahwa Bobot badan yang ideal bervariasi dari sapi ke sapi sedangkan kondisi tubuh ideal (BCS antara 5-6) adalah sama untuk semua bangsa sapi potong. Namun, penilaian BCS ternak yang ideal tergantung pada tujuan dari pemeliharaan. Syarifudin (2013) berpendapat bahwa penilaian BCS ternak yang ideal tergantung pada tujuan pemeliharaan, ternak yang dipelihara untuk ternak pedaging atau penggemukan maka BCS tubuh semakin besar maka akan semakin baik.





BAB IV
KESIMPULAN
4.1.      Kesimpulan
            Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pendugaan umur ternak dapat dilakukan dengan melihat jumlah gigi yang poel pada ternak. Semakin banyak gigi yang poel semakin tua umur ternak. Pendugaan bobot badan ternak dapat dilakukan dengan cara menghitung menggunakan rumus scroll, winter ataupun winter yang telah disesuaikan oleh arjodarmoko bedasarkan lingkar dada, tinggi pundak, lebar dada, panjang badan dan kedalaman dada. Pendugaan BCS (Body Condition Score) dapat dilihat dari bagian-bagian tubuh ternak seperti bagian spin tulang belakang, tulang iga, hooks dan pins, pangkal ekor, tulang brisket  dan perototan.


4.2.      Saran
            Pada praktikum ilmu tilik ternak sebaiknya ketika praktikum penilaian BCS diberikan contoh sapi dengan masing-masing BCS mulai dari BCS 1 sampai  9 sehingga dalam pemahaman materi lebih mudah.



DAFTAR PUSTAKA


Birteeb,  P.T.  and  M.O.  Ozoje.  2011. Prediction of live body weight from linear  body  measurements  of West African  Long-Legged  and  West African  Dwarf  sheep  in  Nothern Ghana. Online  J. Anim.  Feed. Res. 2(5):427–434.

Luthfi, M., & Affandhy, L. (2013). Pertambahan Bobot Badan Harian dan Skor Kondisi Tubuh Pedet Silangan Pra Sapih dengan Teknologi Creep Feeding di Peternakan Rakyat. Loka Penelitian Sapi Potong. Grati, Pasuruan, Jawa Timur.

Soeprapto, H. dan Z. Abidin. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Susilorini, E. T., M. E. Sawitri dan Muharlien. 2008. Budi Daya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta.

Syaifudin, A. 2013. Profil Body Condition Score (BCS) Sapi Perah di Wilayah Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembaga (Studi Kasus). Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi Sarjana Kedokteran Hewan).


Yulianto, P. dan C. Saparinto. 2010. Pembesaran Sapi Potong secara Intensif. Penebar Swadaya, Jakarta.

Yulianto, P. dan C. Saparinto. 2014. Beternak Sapi Limousin. Penebar Swadaya, Jakarta.





Lampiran 1. Perhitungan Bobot Badan
Tinggi Badan (TB)                  = 130 cm
Kedalaman Dada (KD)           = 65,6 cm
Lebar Dada (LD)                    = 25,6 cm
Panjang Badan (PB)               = 134 cm
Lingkar Dada (LD)                 = 172

Rumus Schrool           
BB       =
 =
= 376,36 kg




0 komentar:

Posting Komentar

 
TOP